Rabu, 03 Oktober 2012

Narasi


NARASI

OLEH:
Aderani Rahmatiana
Anisa Azahra. P
Anisa Dwi Isnaini
Aqila Sindriatama
Bagus Budiono
Bunga Zharfa Aulia

A. Pengertian

     Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

B. Ciri-ciri

Secara garis besar, narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa yang benar-benar terjadi atau semata-mata hanya khayalan atau gabungan keduanya.
  2. Biasanya memiliki dialog.
  3. Cerita berdasarkan pada konflik agar lebih menarik.
  4. Memiliki nilai estetika karena penyampaiannya berbentuk sastra, khususnya narasi sugestif atau fiksi.
  5. Menekankan susunan kronologis.

C. Jenis

1. Narasi ekspositoris atau fakta adalah narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat.

Contoh:
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahmad, sang pengantin…

2. Narasi sugestif atau fiksi adalah paragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa seehingga merangsang daya khayal pembaca, tentang peristiwa tersebut.

Contoh:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi, semuanya gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar