NARASI
OLEH:
Aderani Rahmatiana
Anisa Azahra. P
Anisa Dwi Isnaini
Aqila Sindriatama
Bagus Budiono
Bunga Zharfa Aulia
A. Pengertian
Secara
sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga
unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
B. Ciri-ciri
Secara garis besar, narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa yang benar-benar terjadi atau semata-mata hanya khayalan atau gabungan keduanya.
- Biasanya memiliki dialog.
- Cerita berdasarkan pada konflik agar lebih menarik.
- Memiliki nilai estetika karena penyampaiannya berbentuk sastra, khususnya narasi sugestif atau fiksi.
- Menekankan susunan kronologis.
C. Jenis
1. Narasi ekspositoris atau fakta adalah narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang
disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut
secara tepat.
Contoh:
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus.
Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan
klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris
seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan
menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka
membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahmad, sang
pengantin…
2. Narasi sugestif atau fiksi adalah paragraf yang berisi rangkaian
peristiwa yang disusun sedemikian rupa seehingga merangsang daya khayal
pembaca, tentang peristiwa tersebut.
Contoh:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia
mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh
Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh
ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh
Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi,
semuanya gagal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar