1. Unsur Agama
Bukti:
- “Aku lebih kaget lagi karena suara amin itu hanya sendiri, sebab mazhab yang dianut jemaah masjid ini hanya mengucapkan amin dalam hati.”
Unsur agama yang terdapat pada penggalan
cerita diatas adalah perbedaan Mazhab dalam suatu Agama (Islam).
- “Azan maghrib mengalir ke dalam rumah-rumah panggung orang Melayu, umat berduyun-duyun menuju masjid, menuju kemenangan.”
Unsur agama yang terdapat pada
penggalan cerita di atas adalah keutamaan sholat di masjid.
2. UnsurBudaya
Bukti:
·
“Di
belahan dunia lain orang boleh mengatakan apalah arti sebuah nama. Namun bagi
orang Melayu pedalaman seperti kami, nama amat penting, nama berurusan dengan
agama dan dianggap sumber aura.”
Unsur Budaya yang terdapat
pada penggalan cerita diatas adalah pentingnya sebuah namabagi sebuah orang Melayu Pedalaman.
·
“Tapianeh,
aku berusaha mengalihkan rindu itu dengan mengamati backpacker Kanada yang
sedang mengemasi sleeping bag setelah semalam mereka tidur di taman dekat stasiun.
Tak tahu mengapa, aku tak ingin memikirkan Katya, malah yang kubayangkan adalah
penjelajahan backpacker Kanada yang mengagumkan.”
Unsur Budaya yang
terdapat pada penggalan cerita diatas adalah tradisi backpacker orang Barat.
3. Unsur Ekonomi
Dalam
novel ini pengarang menceritakan tentang kehidupan masyarakat pedalaman yang
mempunyai ekonomi rendah mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
Bukti:
·
”Aku
dan Arai sibuk seperti tupai mengumpulkan biji-biji pinang. Kami banting tulang
mencari uang. Melalui persengkongkolan dengan beberapa imigran gelap, aku mendapat
pekerjaan part time sebagai door man…”
Unsur ekonomi yang
terdapat padapenggalan cerita diatas adalah berusaha mengumpulkan uang dengan bekerja
part time.
·
“ “Inilah solusi yang kujanjikan untuk
kalian!” Famke bergairah. Kami terkesima. “Kalian akan tampil di pinggir jalan sebagai
manusia patung!”
Unsur ekonomi yang
terdapat pada penggalan cerita diatas adalah berusaha mengumpulkan uang dengan menjadi
senimanjalanan, yaitu manusia patung.
4. Unsur Moral
·
Tidak Pernah Putus
Asa kepada cobaan berat dari Tuhan. Tokoh Aku yang diceritakan dalam novel
Edensor, pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang besar, hal ini ditunjukkan
dengan usahanya mengapai cita-cita. Tidak pernah ia menyerah akan cobaan berat
yang menimpanya. Semua cobaan dari Tuhan, pastilah berbuah manis. Sehingga
manusia hanya berserah, berdoa, dan bersabar.
·
Ketulusan dan
Kasih Sayang kepada Sesama. Novel Edensor telah mewujudkan nilai-nilai moral
tentang kasih sayang, antara lain; pertama, kasih sayang orangtua kepada
anaknya, ini ditunjukkan dengan sikap ayah Ikal yang begitu khawatir mengetahui
anaknya akan pergi jauh menimba ilmu ke Sorbonne. Kedua, kasih sayang anak
kepada orangtuanya. Ikal sangat merindukan ayahnya ketika tinggal jauh dan merantau
ke Sorbonne. Ketiga, rasa persaudaraan yang kuat, kita dapat belajar dari
sifat, kisah, dan kehidupan orang lain di sekitar kita. Ikal memiliki
orang-orang yang membuatnya belajarakan makna kehidupan. Arai, Weh, dan Pak
Toha mereka yang menuntun Ikal menemukan jati dirinya.
·
Berusaha dan
Bekerja Keras untuk Meraih Cita-cita. Perjuangan Ikal dan Arai untuk mewujudkan
cita-cita mendapat beasiswa ke Eropa memang bukan hal mudah. Mereka jatuh,
bangun, jatuh dan bangun lagi. Perjuangan itu sangat berat ketika tamat SMA,
Ikal dan Arai merantau ke Jawa, hingga sampai ke Sorbonne mereka membutuhkan
biaya untuk perjalanan keliling Eropa, Ikal bisa mengerjakan tiga pekerjaan
sekaligus, pengorbanan yang butuh semangat luar biasa. Perjuangan memang tidak mudah,
tetapi dengan percaya diri Ikal dapat melakukannya. Tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini, sebuah perjuangan yang sungguh-sungguh, akan berbuah
kesuksesan.
·
Perjuangan untuk
Menuntut Ilmu. Setiap manusia selalu mempunyai hak untuk mendapat pendidikan
yang layak, oleh karena itu menuntut ilmu berhubungan dengan long life
education. Dalam novel Edensor, cerita tentang pendidikan memang lebih dominan
bisa dikatakan menceritakan perjuangan pendidikan di Indonesia. Tokoh Ikal dan
Arai selalu tertantang untuk memacu kreativitas dalam bidang yang ditekuni.
Tetapi perjuangan mereka untuk menuntut ilmu dari kecil memang tidak mudah.
Hingga suatu ketika Tuhan menjawab doa mereka, ketika beasiswa ke Eropa
berhasil mereka raih.
·
Kesetiaan dan Cinta
Sejati. Cinta sejati tidak akan lahir tanpa kepercayaan dan kesetiaan. Setiap
manusia diberikan Tuhan rasa cinta untuk saling menyayangi. Kejujuran yang
tinggi bisa mempererat hubungan antar sesama manusia, sebagai makhluk sosial.
Novel Edensor, juga menceritakan bagaimana kesetiaan berperan penting dalam
sebuah kehidupan. Ikal mengenal cinta dan hanya satu yang ia cinta yaitu A
Ling. Bukan hanya Ikal yang setia pada cinta pertamanya, begitupun dengan Arai,
cintanya pada Zakiah tidak mungkin pudar, kekuatan cintanya luar biasa. Ada
orang yang dicampakkan hampir sepuluh tahun tapi tetap kukuh berjuang.
·
Memegang Teguh
Prinsip. Salah satu langkah penting dalam membangun pribadi berintegritas
adalah membangun seseorang menjadi manusia yang optimis. Prinsip dasar tersebut
akan menumbuhkan dimensi moral dan spiritual pada manusia. Dalam novel Edensor
Ikal dan Arai adalah mahasiswa rantau, yang jauh dari orangtua, namun hal itu,
tidak membuatnya sulit untuk beradaptasi terhadap lingkungan serta gaya hidup
masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Mereka tetap memiliki prinsip; pertama
tanggung jawab pada diri sendiri dan orang tua, kedua menguatkan jati diri.
5. UnsurSosial
·
Kehidupansosial yang berlangsungdenganbaik, di
manaantartokohdapatmenjalinhubunganpertemanan yang baikdansalingmembantu.
Namunmasihbanyakkehidupan yang berkelompok, sesuaidenganbangsanya sendiri.(http://therainbowsalus.blogspot.com/2012/10/resensi-novel-edensor-karya-andrea.html)
·
Meskipun
kami saling bersaing tajam, semuanya hanya secara akademik. Setelah pertempuran
ilmiah habis-habisan, kami menghambur ke kafe mahasiswa Brigandi
et Bougreesses(hal 111) (http://diaryanthemsplus.blogspot.com/2012/12/analisis-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html)
·
Denmark
dikerubuti air. Di sana sini air, dan dingin, sedingin orang-orangnya. Mereka
berkelompok di kafe-kafe, tak terlalu senang berkeliaran dan kurang tertarik
pada seni bohemia jalanan. Seni mereka adalah lukisan-lukisan di galeri, seni
teknologi, musik klasik, atau performing arts yang terpelajar. (Hal 194)
·
Kehidupan
di jalanan Eropa sering mengerikan. Psikopat, anarkis, paedophile, serial
killer,exhibitionist, megalomaniac, berkeliaran mencari mangsa. (Hal 223 –
224)
·
Italiano mendamba kekasihnya lebih dari
mendamba dirinya sendiri. Mereka tak sungkan menangis, membaca puisi, dan
berdoa mengekspresikan cintanya, meskipun sedang berada di pasar ikan (Hal 247)
Kelompok:
1. Gonggom H. Silaban
2. Hadyan Rahman
3. Henny Rahmawati P.
4. Irfan Apriadi
5. M. Akbar Setiadi
6. M. Azmi Sumarsono
7. M. Rifqy Fadhila
Kelompok:
1. Gonggom H. Silaban
2. Hadyan Rahman
3. Henny Rahmawati P.
4. Irfan Apriadi
5. M. Akbar Setiadi
6. M. Azmi Sumarsono
7. M. Rifqy Fadhila
good
BalasHapus