Kritik:
-
Hanya menceritakan khayalan Ikal terhadap A-Ling
saat melihat desa Edensor.
-
Terdapat bahasa kasar atau umpatan dari luar
negeri yang ditunjukkan secara jelas pada buku Edensor di awal mozaik 27.“seperti : Gila!
F@##ing nuts!” “F@##ing
Brit! Ayo bertaruh!!” “semburkan taruhanmu bitch!..”
-
Kejelasan identitas tokoh utama diragukan, jika
pengarang mengaku ia sebagai Ikal di buku Edensor, tetapi mengapa disebagian
surat yang diterimanya menuliskan bahwa ia bernama Andrea Hirata?
-
Dengan jelas mendeskripsikan terlalu vulgar saat
Ikal di Monumen Romeo dan Juliette, dan disertakan gambar patungnya pula. Pada mozaik 39. seperti : "...aku dan Arai mengambil pose persis patung Juliette. seperti nasib buruk cinta Juliette, kami menjadi ikan duyung yang merana karena cinta terlarang. dalam waktu singkat kami dikelilingi spasangan-pasangan yang sedang jatuh hati, koin-koin berlimpah ruah. Bencana datang. Mulanya sepasang kekasih berbahasa Mandarin mendekat, mereka sudah tak muda. Tiba-tiba, dengan satu gerakan yang sama sekali tak terduga, perempuan itu menjangkau dan mengusap dada kananku"
-
Ikal dan Arai ikut dalam taruhan, padahal mereka
beragam Islam yang jelas-jelas tidak membolehkan untuk ikut serta dalam
taruhan, tetapi malah dipublikasikan seakan-akan itu adalah hal yang lazim dilakukan.
Saran:
Secara
keseluruhan, novel Edensor tidak memiliki kekurangan yang berakibat fatal bagi
para pembaca. Justru novel ini sudah memuat kosakata yang beragam serta tata
bahasa yang bervariatif. Tetapi, pengarang hanyalah seorang manusia biasa, yang
dapat melakukan kesalahan. Sesuatu tidak ada yang sempurna, begitupun buku ini.
Seperti yang dapat kita lihat dari kritik yang sudah tertera di atas, menurut
kami, itulah kekurangan dari buku ini
yang sempat teramati oleh kita. Pembaca buku Andrea Hirata tidak terbatas hanya
pada kalangan tertentu, melainkan semua orang, dan berlaku universal. Mungkin
ada pembaca yang masih dibawah umur dan belum mempunyai pemahaman yang tepat
terhadap apa yang ia baca. Buku ini menurut kami masuk dalam kategori, “Bimbingan
Orang Tua”, jika diibaratkan dengan sensor pada acara ditelevisi. Seharusnya
buku ini lebih bisa disensor dengan baik dan tidak lepas dari ‘kerangka’
awalnya yang merupakan sebuah novel fiksi biasa. Bukanlah sebuah biografi
seorang pengarangnya sendiri (seperti halnya kritik kami pada ketidakjelasan
identitas yang terdapat di buku).
Kelompok:
-Regina Indira
-Rizka Fitria
-Savira Arsah
-Sekarningrum
-Shaskia Kartika
-Zulfikar
-Regina Indira
-Rizka Fitria
-Savira Arsah
-Sekarningrum
-Shaskia Kartika
-Zulfikar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar