Rabu, 16 Januari 2013

Kritik dan Saran untuk buku Edensor karya Andrea Hirata


Kritik:
-          Hanya menceritakan khayalan Ikal terhadap A-Ling saat melihat desa Edensor.

-          Terdapat bahasa kasar atau umpatan dari luar negeri yang ditunjukkan secara jelas pada buku Edensor di awal mozaik 27.“seperti : Gila! F@##ing nuts!” “F@##ing Brit! Ayo bertaruh!!” “semburkan taruhanmu bitch!..”

-          Kejelasan identitas tokoh utama diragukan, jika pengarang mengaku ia sebagai Ikal di buku Edensor, tetapi mengapa disebagian surat yang diterimanya menuliskan bahwa ia bernama Andrea Hirata?

-          Dengan jelas mendeskripsikan terlalu vulgar saat Ikal di Monumen Romeo dan Juliette, dan disertakan gambar patungnya pula. Pada mozaik 39. seperti : "...aku dan Arai mengambil pose persis patung Juliette. seperti nasib buruk cinta Juliette, kami menjadi ikan duyung yang merana karena cinta terlarang. dalam waktu singkat kami dikelilingi spasangan-pasangan yang sedang jatuh hati, koin-koin berlimpah ruah. Bencana datang. Mulanya sepasang kekasih berbahasa Mandarin mendekat, mereka sudah tak muda. Tiba-tiba, dengan satu gerakan yang sama sekali tak terduga, perempuan itu menjangkau dan mengusap dada kananku" 

-          Ikal dan Arai ikut dalam taruhan, padahal mereka beragam Islam yang jelas-jelas tidak membolehkan untuk ikut serta dalam taruhan, tetapi malah dipublikasikan seakan-akan itu adalah hal yang lazim dilakukan.


Saran:

                Secara keseluruhan, novel Edensor tidak memiliki kekurangan yang berakibat fatal bagi para pembaca. Justru novel ini sudah memuat kosakata yang beragam serta tata bahasa yang bervariatif. Tetapi, pengarang hanyalah seorang manusia biasa, yang dapat melakukan kesalahan. Sesuatu tidak ada yang sempurna, begitupun buku ini. Seperti yang dapat kita lihat dari kritik yang sudah tertera di atas, menurut kami, itulah kekurangan  dari buku ini yang sempat teramati oleh kita. Pembaca buku Andrea Hirata tidak terbatas hanya pada kalangan tertentu, melainkan semua orang, dan berlaku universal. Mungkin ada pembaca yang masih dibawah umur dan belum mempunyai pemahaman yang tepat terhadap apa yang ia baca. Buku ini menurut kami masuk dalam kategori, “Bimbingan Orang Tua”, jika diibaratkan dengan sensor pada acara ditelevisi. Seharusnya buku ini lebih bisa disensor dengan baik dan tidak lepas dari ‘kerangka’ awalnya yang merupakan sebuah novel fiksi biasa. Bukanlah sebuah biografi seorang pengarangnya sendiri (seperti halnya kritik kami pada ketidakjelasan identitas yang terdapat di buku).


Kelompok:
-Regina Indira
-Rizka Fitria
-Savira Arsah
-Sekarningrum
-Shaskia Kartika
-Zulfikar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar